Sambas Times. Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) Cabang Sambas menolak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemerintah usai Pandemi Covid-19 melanda negeri.
“Kenaikan harga BBM ini mencederai rakyat, karena saat ini masih tahap pemulihan ekonomi pasca pandemi, sehingga kenaikan BBM tidak tepat,” kata Ketua HMI cabang Sambas, Minggu (4/9/2022).
Ia menegaskan dalam waktu dekat akan menyerukan kepada seluruh mahasiswa dan elemen masyarakat Kabupaten Sambas untuk bersama turun kejalan aksi demonstrasi menolak kenaikan bbm.
Seperti diketahui, pemerintah telah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM, khususnya jenis Pertalite dan Solar Subsidi, Sabtu (3/9/2022) dan berlaku satu jam setelah di umumkan.
Harga Pertalite dari Rp 7.650 per liter menjadiRp 10.000 per liter, sementara harga Solar Subsidi dari Rp 5.150 Perliter menjadi Rp 6.800 per liter, serta Pertamax nonsubsisi dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.
Menurutnya, kebijakan tersebut mendapat pro dan kontra dari masyarakat, salah satunya yang menilai kebijakan tersebut adalah organisasi eksternal mahasiswa Kecamatan Sambas, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Sambas.
“Kita tahu bersama bahwa pemerintah telah resmi menaikkan harga BBM. Tentu ini adalah kabar yang sangat menyedihkan dan menyayat hati masyarakat Indonesia,” ujar Pirdaus.
Pirdaus mengatakan, kebijakan yang dilakukan Pemerintah kurang tepat, karena ekonomi masyarakat belum stabil pasca Covid-19.
“Kenaikan harga BBM ini adalah kebijakan yang sangat tidak tepat karena akan semakin menambah beban masyarakat ditengah proses pemulihan ekonomi pasca pendemi covid 19,” lanjutnya.
Ketua HMI cabang Sambas ini menolak keras kebijakan pemerintah dan akan melakukan aksi bersama mahasiswa dalam waktu dekat terkait kebijakan tersebut.
“Kami HMI Cabang Sambas sangat tegas menyatakan penolakan terhadap kebijakan pemerintah menaikkan BBM dan meminta pemerintah untuk mengkaji ulang kebijakan tersebut,” pintanya (Dra)