Sambas Times. Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB), tahun 2022, tercatat 53 kasus kekerasan seksual di Kabupaten Sambas.
Adapun untuk kategori usia remaja, kejadian hamil diluar nikah kerap terulang, belum lagi perundungan sesama teman sekolah, kontak fisik, sampai konvoi kendaraan secara liar dan merusak fasilitas publik.
Angka kekerasan ini disampaikan pada FGD yang diinisiasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Institut Agama Islam Sultan Muhammad Syafiuddin (IAIS) Sambas dan Cyber Borneo Nusantara (CBN).
FGD berjudul “Solusi dan Pencegahan terhadap Fenomena Kekerasan Gen-Z di Kabupaten Sambas” diikuti puluhan peserta SMA/sederajat dan sejumlah mahasiswa.
Kabid Ketenagaan Dinas Pendidikan Sambas, Utami Sri Andayani menjelaskan, perilaku melanggar norma hukum dan kesusilaan dikalangan anak maupun remaja akibat penggunaan Gadget yang salah.
“Orang tua harus meningkatkan pengawasan anak terhadap penggunaan gadget. Ia beralasan, piranti canggih jika tidak mampu dimanfaatkan kearah kebaikan, maka posisinya tak ubah setan gepeng,” katanya, Selasa (3/9/2024).
Ia mengimbau orang tua agar perangkat elektronik seperti handphone, penggunaannya mendapatkan perhatian serius. Sehingga tidak mempengaruhi anak dan menyebabkan muncul perilaku menyimpang.
Angka Kekerasan Kabupaten Sambas Tertinggi se Kalbar
Kasat Reskrim Polres Sambas AKP Rahmad Kartono mengaku prihatin dengan kondisi Kabupaten Sambas. Baru tiga bulan bertugas banyak rentetan kasus kekerasan seksual, sehingga menempati angka tertinggi di Kalbar.
Melalui forum Focus Grup Discussion (FGD), Kasat Reskrim Polres Sambas mengajak generasi z dan alpha agar mampu melindungi diri dari ancaman bullying. Baik secara verbal maupun non-verbal.
“Sambas dahulu dikenal dengan peradabannya yang luhur, berbudi pekerti tinggi, serta religius. Bahkan dikenal ‘Serambi Mekkah’, namun kini nyaris hilang bekasnya, mengingat kasus asusila marak terjadi”, ujar Rahmad.
Ketua BEM IAIS Asrul menjelaskan, kegiatan FGD berawal dari keresahan tatkala melihat realita kekerasan, mulai tingkat anak-anak, remaja usia dini.
Ia menambahkan, bahkan mahasiswa pun tak luput jadi sorotan, sehingga kami mencoba mengangkat topik ini agar ditemukan solusi bersama.
“Melalui FGD ini, diharapkan kekerasan dalam bentuk apapun dapat diminimalisir dan termonitor semua pihak tanpa kecuali”. Tegas Asrul, selaku Ketua BEM IAIS Sambas.
Penulis : Muhammad Ridho| Dapatkan Update Berita, Ikuti Google News